Foto: ilustrasi petani memanen padi
LUMAJANG, Transparansi.co.id – Petani asal Desa Kedungrejo, Kecamatan Rowokangkung, Kabupaten Lumajang Jawa Timur mengaku pembelian gabah yang dilakukan oleh Bulog prosesnya terlalu panjang.
Pasalnya, pihak Bulog membeli gabah petani tersebut dengan sistem uang muka terlebih dahulu, sebelum memastikan gabah petani memang betul betul bersih dan nol gabuk.
Hal ini disampaikan oleh, Puji, petani asal Desa Kedungrejo, saat diwawancarai media ini di lokasi panen raya, di Desa Kalipepe, Kecamatan Yosowilangun, Senin (7/4/2025).
Petani lebih memilih menjual hasil panennya kepada pedagang, dari pada menjual kepada Bulog, yang prosesnya terkesan terlalu panjang.
“Kalau dijual ke Bulog, tidak dibayar 100 persen, tapi dibayar 75 – 80 persen dulu, lalu gabah di bawa ke Bulog, lalu dibersihkan, nah itu nanti ditimbang lagi. Jadi yang dibayar dengan harga 6.500, yang sudah dibersihkan itu,” akunya, kemudian.
Dilahan ditimbang, dan setelah sampai di Bulog dibersihkan, lalu di timbang lagi, dan yang dibayar yang sudah dibersihkan itu.
Mungkin takutnya gabah nya terlalu kotor, bisa jadi mungkin gabah nya terlalu basah. Bisa jadi petani panennya masih belum cukup umur. (Belum waktunya dipanen). “Mungkin Bulog berpikirnya dari itu juga,” katanya.
Makanya harga gabah bisa stabil 6.500, kalau gabahnya benar benar sudah bersih.