Bareskrim Mabes PolriPolda Jatim

Ketua Pemuda Pancasila Jember Menilai Kematian Anggotanya Aneh dan Janggal

×

Ketua Pemuda Pancasila Jember Menilai Kematian Anggotanya Aneh dan Janggal

Sebarkan artikel ini

 

banner 325x300

Holik Budiarto korban tewas terjatuh dari ruko lantai 2 di kecamatan Patrang Jember pada Senin (8/7/2024). (dok istimewa)

Jember, transparansi.co.id – Ketua Majelis Pimpinan Cabang Pemuda Pancasila Kabupaten Jember, Zamroni Ulfa, menilai kematian Holik Budiarto (49), warga Lingkungan Pelinggian, Kelurahan Antirogo, Sumbersari Jember dinilai janggal.

Dikabarkan Holik Budiarto tewas usai terjatuh dari lantai 2 sebuah ruko di Jalan Rembangan, Kelurahan Baratan, Patrang Jember pada Senin (8/7/2023) sekitar pukul 12.00 wib.

Korban merupakan anggota ormas Pemuda Pancasila Kabupaten Jember, Jawa Timur.

Hal itu disampaikan Roni saat ditemui di Polsek Patrang jajaran Polres Jember Polda Jatim.

Kedatangannya Roni bersama anggota dan salah seorang penasehat hukum MPC PP Jember di Polsek Patrang  menanyakan Ikhwal kronologis kematian korban kepada polisi.

Pihaknya dan keluarga korban menilai ada kejanggalan atas kematian korban.

Di tubuh korban didapati beberapa luka dan ada lebam di kedua mata korban.

“Keterangan polisi dari saksikan korban terjatuh dari lantai dua anehnya kok mukanya bengkak dan ada lebam di kedua matanya,” kata Roni keheranan kepada awak media.

Tidak hanya itu, saat dirinya datang ke IGD RSD Soebandi dan menanyakan kondisi korban, dokter yang menangani menemukan tulang rusuk atau dada korban di sebelah kanan patah.

“Tadi saya tanya ke dokter lukanya seperti apa. Dinyatakan selain tulang kepala di bagian belakang yang pecah juga ada tulang rusuk yang patah setelah diketahui dari foto ronsen,” jelasnya.

Keanehan lain adalah banyaknya keluar darah dari mulut dan hidung. Dari dalam mulut korban saat dimandikan ditemukan pasir.

“Kalau ini jatuh dari lantai dua yang tingginya hanya 4 meter kok sampai seperti ini. Jatuhnya seperti apa sampai lukanya ada di belakang kepala, lebam di mata, tulang rusuk patah, dan ada pasir dari mulutnya berdasarkan keterangan warga yang memandikan jenasah,” katanya.

“Karena keterangan polisi di berita media dijelaskan jatuh dari lantai dua. Rasanya kok tidak masuk akal lukanya sampai seperti itu,” sambungnya.

Terlebih celah yang dinyatakan tempat korban jatuh sangat sempit.

“Celah itu sempit sedangkan badan korban inikan gempal karena aktif olah raga binaraga. Sangat janggal celah itu membuat korban jatuh,” tambahnya.

Penanganan kasus ini sendiri memang sedikit menimbulkan pertanyaan. Pasalnya saat awak media datang ke lokasi tidak melihat adanya garis polisi di TKP. Kondisi TKP sudah bersih dan rapi.

Di balkon bangunan ada kursi yang masih terbungkus plastik. Tepat di depan celah ventilasi tempat korban jatuh ada tanaman jenis tanaman anthurium.

“Kami meminta polisi untuk mengungkap penyebab kematian anggota kami secara profesional dan presisi. Karena kami mendengar pemilik ruko tersebut punya keluarga yang menjadi anggota polisi,” pinta Roni.

“Jangan sampai ada yang ditutup-tutupi karena banyak kejanggalan lainnya seperti keluarga yang tidak langsung dikabari padahal katanya jatuh sekitar jam 12 siang. Keluarga baru mendapat kabar secara tidak sengaja setelah salah satu teman korban sekitar jam 2 siang menelpon dan diberi tahu penerima telpon bernama Latif mengatakan korban dibawa ke IGD karena jatuh,” katanya.

“Kami akan meminta dukungan Pak La Nyalla Mattalitti sebagai ketua MPW PP Jawa Timur agar kasus ini terungkap penyebab kematian apakah murni kecelakaan atau penyebab lain, penganiayaan misalnya,” pungkas Roni.

Sementara itu Kanit Reskrim Polsek Patrang, Ipda Didit Ardiana mengatakan, korban terjatuh dari lantai 2 dengan ketinggian sekitar 4-5 meter itu sekitar pukul 12.00 WIB, namun anehnya baru dilaporkan pada polisi sekitar jam 18.00 WIB.

“Betul tadi ada laporan warga masyarakat sekitar pukul 18.00 WIB bahwa ada seseorang yang jatuh dari lantai 2 Ruko ke lantai dasar. Anggota Polsek Patrang bersama tim Inafis,” kata Didit, Senin (8/7/2024).

Usai menerima laporan tersebut, polisi kemudian mendatangi lokasi untuk melakukan olah TKP.

“Polres Jember langsung mendatangi TKP di Ruko Jalan Rembangan, Kelurahan Baratan untuk melakukan olah TKP,” seru Didit, Senin (8/7/2024).

Berdasarkan keterangan saksi korban saat bertamu ke ruko milik Abdul Latif, keperluannya untuk  pembenahan proposal sebuah proyek.

Berdasarkan informasi yang dihimpun Ruko tersebut rencananya akan dijadikan kantor sebuah perusahaan konsultan proyek konstruksi.

“Senin siang sekitar jam 10.00 WIB ke Ruko yang akan dijadikan kantor milik saudara Abdul Latif untuk keperluan pembenahan sebuah proposal,” kata Didit.

Saksi yang ada di lokasi menyatakan korban sedang duduk di balkon yang berada di lantai dua.

Saat itu korban terlihat sempoyongan sebelum terjatuh ke lantai dasar dari celah sempit dengan lebar sekitar 30 cm yang ada di balkon lantai 2 tersebut. Celah tersebut berfungsi sebagai ventilasi udara.

“Sekitar pukul 12.00 WIB, pemilik Ruko mengetahui korban sedang berada di balkon yang ada di lantai 2. Pada saat itu, korban dilihat kondisinya sempoyongan. Kemudian korban terjatuh ke lantai dasar karena ada lompongan (celah) yang masih belum dipagar. Dan kondisi Ruko sendiri memang masih dalam tahap pembangunan,” jelas Didit.

Ketinggian lantai dua dengan lantai dasar sekitar 4-5 meter.

“Korban waktu itu langsung dievakuasi menggunakan ambulans, dibantu oleh warga untuk dibawa ke RS dr Soebandi Jember,” sambungnya.

Korban dinyatakan meninggal saat menjalani perawatan di rumah sakit.

“Saat dalam perawatan, korban dinyatakan meninggal dunia sekitar pukul 19.30 WIB. Kalau keterangan dari pihak keluarga, saat korban mendatangi Ruko itu memang dalam keadaan sakit,” bebernya.

Untuk meyakinkan petugas, saksi yang dimintai keterangan menjelaskan korban sebelumnya mengeluh meriang.

“Korban (mengaku) mengalami meriang masuk angin, dan disitu juga disampaikan oleh pihak keluarga bahwa kondisi korban habis kerokan dan memang sedang tidak enak badan,” lanjutnya.

Jasad korban langsung diserahkan ke pihak keluarga. Saat akan diotopsi untuk kepentingan penyelidikan penyebab kematian, polisi menjelaskan keluarga menolak dilakukan autopsi.

Korban setelah dibawa pulang ke rumah duka langsung dimakamkan malam itu juga. Di pemakaman yang tak jauh dari rumahnya.

“Jenazahnya langsung dibawa oleh pihak keluarga dan akan dimakamkan. Keluarga juga menolak autopsi dengan menandatangani surat pernyataan dan menerima kematian korban akibat musibah,” pungkasnya.

Di sisi lain, Tari anak korban saat dikonfirmasi mengaku saat itu dirinya panik sehingga akhirnya menyetujui korban tidak dilakukan autopsi.

“Saya tidak ada yang mendampingi saat itu. Makanya saat akan diminta autopsi saya kemudian menandatangani saja. Saya bingung,” kata Tari usai pemakaman ayahnya.

Tari menyampaikan, bahwa keluarga menerima informasi kondisi ayahnya yang telah kritis di IGD RSD Soebandi dari Hamid teman ayahnya.

“Jadi tadi itu Om Hamid sekitar jam 2 siang telpon ayah. Saat itu yang jawab telpon namanya Pak Latif. Nah saat Om Hamid tanya dimana ayah saya katanya di IGD Soebandi katanya habis jatuh,” jelasnya.

“Padahal sekitar hampir jam 12 itu Om Hamid telpon dijawab langsung sama ayah katanya sedang rapat,” sambungnya.

Kematian Holik membuat ibunya yang telah renta syok dan histeris. Sang ibu bahkan sempat pingsan usai pemakaman anaknya.

(Redaksi)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *