Desa Jarit Lumajang

Pemdes Jarit Lumajang Ruwat Desa, Gelar Wayang Kulit dan Arak Hasil Bumi

 

Desa Jarit, Kecamatan Candipuro saat melaksanakan ruwat desa, di balai desa Jarit, Sabtu (13/7). (Dok Riyaman/Transparansi.co.id)

LUMAJANG, Transparansi.co.id – Ruwat desa menjadi tradisi yang dilestarikan turun temurun dari nenek moyang. Kegiatan ini dilaksanakan untuk mengenang dan mengirim doa kepada leluhur.

Tradisi itu masih dilestarikan Pemdes Jarit, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang Jawa Timur, dengan menjunjung nilai budaya, ruwat desa berlangsung dengan hikmat. 

Dipimpin Kades Jarit, Novita Supristiwanti, acara diawali dengan arak-arakan yang dibawa warga menuju Balai Desa Jarit, Sabtu (13/7) pagi.

Disampaikannya, ruwat desa tahun ini mengangkat tema Bersahabat Dengan Alam, Jadikan Alam sebagai Pustaka.

’’Kegiatan ini lebih kurangnya bertujuan untuk berkirim doa dan mengenang jasa para leluhur yang telah babad alas Desa Jarit,’’ paparnya.

Kegiatan ini juga untuk mengenang kemuliaan leluhur Desa Jarit atas banyaknya jasa dalam merintis desa yang telah ditempati masyarakat.

’’Kami sebagai pewaris Desa Jarit tidak patah semangat, tidak putus asa, tetap bersyukur pada Allah SWT,’’ ungkapnya. 

Sampai saat ini, tambah dia, masyarakat Jarit dinilai masih memegang nilai hidup gotong royong, welas asih, menjaga kerukunan, serta bersahabat dengan alam.

’’Oleh karenanya, menjadikan alam sebagai pustaka kami, karena manusia itu khalifah di bumi, jadi kami sadar hanya manusialah pelaku perubahan,’’ papar dia.

Desa Jarit mampu menjadikan daerah sebagaimana warisan leluhur cikal bakal eksistensi NKRI di Lumajang.

Sehingga, Lumajang bisa tampil sebagai miniatur Indonesia, yaitu negara yang mengedepankan Bhinneka Tunggal Ika. 

’’Keberagaman adalah anugerah ilahi. Namun, keberagaman menuju satu tujuan yakni menuju kedamaian. Masyarakatnya, maju, adil dan sejahtera,’’ pungkasnya. 

Kegiatan ruwatan berlangsung khidmat saat wayang kulit dimainkan selama 2 jam.

(Riyaman)

Exit mobile version