Kamiludin ketua APDESI Jember kenakan kemeja biru peci hitam (Subur istimewa)
Jember, transparansi.co.id. Beredar kabar melalui chat WhatsApp Haji Hendy Siswanto yang diduga melakukan penjegalan kegiatan Gus Fawaid dengan kegiatan sholawat keliling desa-desa.
Chat WhatsApp itu diduga mengintruksikan seluruh camat agar menekan kepala desa se-Kabupaten Jember untuk tidak menerima kegiatan Laskar Sholawat Nasional (LSN), yakni ‘Ojo Lali Moco Sholawat’ digelar di kantor desa.
Muhammad Fawaid atau akrab disapa Gus Fawaid banjir dukungan agar maju sebagai calon bupati. Kabarnya, politisi Gerindra ini mampu menyingkirkan Hendy Siswanto dengan dukungan Laskar Sholawat Nusantara (LSN) yang berjumlah ribuan pendukungnya. Bahkan, LSN mampu meraup 200 ribu suara lebih untuk Gus Fawaid di pilihan Legislatif (Pileg) 2024
Kabar yang cukup santer, viral dan mengejutkan ini, dibenarkan ketua Asosiasi Pemerintah Desa Seluruh Indonesia (Apdesi) Kabupaten Jember sekaligus Sekretaris LSN, Kamiludin.
Kamiludin menyampaikan bahwa pesan berantai itu telah menyebar ke beberapa grup WA termasuk di Grup Apdesi Jember. Terkait dugaan Bupati Hendy bersama Sekda Hadi Sasmito mengumpulkan camat di pendopo, pada Jumat, 15 Maret 2024 kemarin.
Kamil menduga, Bupati Hendy memerintahkan camat supaya menekan kepala desa untuk tidak menerima kegiatan Syiar Islam ‘Ojo Lali Moco Sholawat’ yang dipimpin oleh Presiden LSN Ahmad Fawaid atau akrab dipanggil Gus Fawaid di kantor desa se-Kabupaten Jember.
Selanjutnya, lanjut Kamil, Kepala Desa yang melanggar instruksi Bupati supaya camat melaporkan langsung ke Bupati dan instruksi ini sudah di backup Kapolda.
“Kami sangat menyayangkan adanya pesan berantai yang sangat merugikan dan menyudutkan APDESI maupun LSN. Bagi kami ini merupakan tekanan dari penguasa di tengah-tengah kami sedang berjuang mensyiarkan Sholawat di seluruh pelosok desa. Padahal kami ini mensyiarkan sholawat juga membantu pemerintah setempat dalam hal pembinaan kepada petani, supaya menjadi petani yang berkualitas dan produktivitas tinggi hasil pertanian di tengah kelangkaan pupuk dan program lainnya. Disaat itu juga kami mendapat tekanan dari penguasa terutama dari camat yang telepon ke anggota kami ke Kades-kades untuk selanjutnya melarang kegiatan sholawat supaya tidak dilaksanakan di kantor desa,” ujar Kamiludin.
Kamiludin yang juga selaku Kades Sidomulyo menekankan kepada seluruh kades yang tergabung dalam anggota Apdesi untuk tidak pernah takut terhadap ancaman bupati maupun Sekda Jember, terutama ancaman akan dilaporkan ke Polda.
Dirinya bersama Apdesi Jember akan berada di garda depan untuk membela anggotanya. Apabila ada ancaman dari camat untuk menggagalkan kegiatan Syiar Islam Ojo Lali Moco Sholawat.
“Masa iya sih ada sholawat dilarang di kantor desa. Kecuali kami ini Ormas ilegal yang bertentangan dengan NKRI dan Pancasila,” ungkapnya dengan nada heran.
Menurut Kamiludin, kegiatan Ojo Lali Moco Sholawat yang didatangi Gus Fawaid merupakan murni acara kenegaraan. Karena saat ini yang bersangkutan masih aktif menjadi anggota DPRD Provinsi Jawa Timur.
Kamiludin menabahkan, Gus Fawait turun membawa program sarasehan atau menyerap aspirasi masyarakat kaitan dengan kelangkaan pupuk maupun program pemerintah lainnya.
“Padahal hari ini tahapan Pilkada Jember belum dimulai. Belum ada calon bupati, belum ada peraturan kampanye. Jadi tidak ada alasan camat melarang-larang kegiatan kenegaraan di kantor desa. Bagi kami tekanan seperti ini mencederai demokrasi yang ada di Indonesia dan merupakan praktik politik yang tidak sehat,” imbuh Kamiludin keheranan.
Kamiludin dengan tegas juga menyampaikan apabila ada anggota Apdesi yang menjadi tuan rumah untuk melaksanakan kegiatan program Provinsi Jawa Timur kemudian mendapat panggilan dan tekanan dari bupati maupun camat, dirinya sebagai ketua Apdesi akan mengadvokasi dan mendampingi anggotanya sampai tuntas.
“Kami hadir ke desa dapat tekanan, sementara bupati Jember hadir ke desa gak masalah juga gak ada tekanan dari pihak LSN. Jauh sebelum ada hiruk-pikuk pilkada sudah biasa melaksanakan kegiatan Ojo Lali Moco Sholawat, keliling ke kantor desa desa dengan mengumpulkan emak-emak tapi kenapa baru sekarang dipermasalahkan. Berarti jelas dalam tanda kutip ada muatan politik yang tidak sehat, ” pungkasnya.
Sementara itu, Sekda Jember, Adi Sasmito tidak berada di tempat saat hendak dikonfirmasi dan klarifikasi oleh awak media perihal kebenaran kabar viral tersebut. Menurut keterangan petugas piket yang bernama Wiwin bahwa yang bersangkutan saat ini sedang mendampingi Bupati keliling desa-desa.
( Subur)