“Penyebabnya (debit air kecil) dari sendimen bangunan plengsengan itu. Sendimen gak dinaikan, sehingga airnya susah mengalirnya,” katanya.
Hal senada juga diungkapkan oleh Tuwowo Desa Wonokerto, Satimun, Ia harus rela mondar mandir 4-5 kali ke pintu dam (bendungan pintu air) di desa sebelah untuk mengontrol dan mengecek air di saluran agar tetap lancar.
Kata Satimun hal itu dilakukan guna meminimalisir ulah oknum yang acap kali menyumbat aliran air untuk kepentingan pribadi.
“Saya selalu kontrol ke dam. Karena kalau tidak dikontrol airnya pasti mati karena ada yang menyumbat,” ujarnya.
Ulum dan Satimun berharap pihak terkait dalam hal ini Dinas SDA (Sumber Daya Air) DPUTR Kabupaten Lumajang mengambil langkah cepat agar permasalahan air yang berdampak kepada ratusan petani segera terselesaikan.
Sementara itu, Sub Koordinator Bina Manfaat Bidang Sumberdaya Air, Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang Kabupaten Lumajang, Djoko Hery, menyampaikan bahwa pihaknya akan segera menindaklanjuti hal tersebut.
Pihaknya akan melakukan identifikasi penyebab turunnya debit air di dua desa yang dimaksud.
“Kami akan mengadakan identifikasi atau investigasi di lapangan, biar tim kami dari bidang SDA dan teman teman korwil akan menyurvei langsung, apa yang menjadi kendala di dalam saluran tersebut,” kata Joko, kepada wartawan, Rabu (2/10/2024).
Menurut dia, apabila penurunan debit air di saluran irigasi akibat penumpukan sendimen, pihaknya akan mengambil langkah dengan melakukan kerjabakti melibatkan semua pihak.
“Kalau memang itu bisa dilakukan secara manual, insyaallah kami akan menjadwalkan untuk kerja bakti bersama tim dari UPT dan teman teman dari kelompok himpunan petani pemakai air,” imbuhnya.
(Riyaman)